Kesenian Mendu
Mendu merupakan salah satu budaya Melayu Natuna bernuansa
kerakyatan dengan menggunakan berbagai media ekspresi seperti teater, tarian
dan musik. Teater yang tergolong dalam kelompok seni pertunjukan rakyat ini yang
memiliki ciri khusus yaitu pementasannya didahului dengan bunyi tabuhan gendang
untuk mengundang penonton, pembukaan dengan nyanyian dan tarian, memperkenalkan
para pemain satu persatu, dan nyanyi bersama yang dipimpin oleh pemain
utama sekaligus sebagai sutradara yang menyampaikan jalan cerita yang terdiri
dari beberapa bagian atau babak cerita. Babak penyelesaian adegan berupa
pertempuran, kemenangan dan kekalahan, yang ditutup dengan adegan penutup yaitu
ditutupnya layar bagian akhir dari pertunjukan mendu.
Menurut beberapa sumber bahwa sejarah hikayat mendu berawal dari Pulau Laut yang dimainkan dan
dikembangkan oleh Orang Kaya Maddun yang memiliki kedudukan sangat kuat saat
itu. Pertunjukan mendu menggunakan syeh-syeh orang kayangan atau dikenal dengan
istilah orang bunian, dimana syeh dibangkitkan atau dipanggil oleh Orang Kaya
Maddun sebagai seorang bangsawan. Pertunjukan mendu sebenarnya dimainkan oleh
banyak orang yang berkisar 40 orang termasuk pemain musik yang berjumlah 5
orang yang terdiri dari laki-laki semua.
Sedangkan menurut budayawan
B.M. SYAMSUDIN (1987), mengatakan bahwa mendu yang berkembang di daerah Bunguran
Berasal dari Wayang Parsi yang berkembang di Pulau Penang sekitar tahun
1780-1880. Dulunya mendu hanya dimainkan oleh kaum laki-laki, namun sekarang
mulai tahun 70-an, tidak hanya milik laki-laki semata tetapi perempuan juga
ikut ambil bagian dalam pementasan mendu.
Pertunjukan
mendu biasanya memakan waktu lama hingga 7 malam, dengan panggung sederhana beratap
daun sagu dan dibatas dengan pagar pelepah daun kelapa untuk membatasi penonton
agar tidak mengganggu jalan pertunjukan.
Saat
ini kesenian mendu mulai reda karena sudah jarang sekali ditampilkan dan kurangnya
minat generasi muda yang mempelajari dan melestarikannya. Harapan kedepan agar
kesenian mendu ini diangkat kembali sebagai aset budaya kita khususnya daerah
Natuna dan menjadi salah satu objek wisata.
Dibawah ini cuplikan pertunjukan mendu saat kunjungan studi sejarah pihak Akademisi dari Australia yang didampingi oleh dinas pariwisata pada tanggal 16 Januari 2013 di Sedanau Kecamatan Bunguran Barat Kabupaten Natuna.
No comments:
Post a Comment